Banyak Gelandangan Di Lapangan Merdeka , Ruang Terbuka Hijau Jadi Tak Nyaman

Banyak Gelandangan Di Lapangan Merdeka , Ruang Terbuka Hijau Jadi Tak Nyaman

Kemunculan para gelandangan di Lapangan Merdeka yang menjadi Ruang Terbuka Hijau (RTH) sekaligus titik nol Kota Medan membuat gerah warga.


Warga mengaku lapangan yang sehari-hari dipakai berbagai komunitas melaksanakan kegiatan maupun lokasi olahraga tersebut sudah tak nyaman.


"Tadi pas sampai di sini ada beberapa gelandangan berkeliaran, sangat mengganggu kenyamanan. Sudah gitu sampah bungkusan dan daun kering banyak dijumpai, serta rumput banyak yang gundul," kata Chairunnisa, warga Tanjung Mulia, Sabtu (10/6).


Selain jadi titik nol Kota Medan, nilai historis Lapangan Merdeka sebagai tempat pembacaan proklamasi Indonesia oleh Gubernur Sumatera Muhammad Hasan tempo dahulu, dikeluhkan warga dalam hal fasilitas WiFi Corner yang tempatnya banyak mengalami kerusakan.


Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan M Husni sebelumnya mengaku, akan mengkaji ulang fungsi dari setiap taman. Ia menjelaskan akan mencontoh penataan taman di Bandung dan Surabaya.


"Taman harus mampu menjadi area rekreasi yang edukatif. Saat ini belum. Pengembangan taman akan kami fokuskan dalam waktu dekat yang melibatkan kalangan profesional dan akademisi," tutur Husni.


Ia menjelaskan Kota Bandung dan Surabaya telah berhasil mengelola taman menjadi lokasi wisata yang populer, sehingga ia tak akan sungkan untuk meniru dan melakukan hal yang sama di taman kota.


Sementara itu, warga Medan lainnya Dwi Simarmata, juga mengeluhkan hal yang tak jauh berbeda. Pria yang bekerja sebagai karyawan swasta ini menyayangkan fasilitas yang ada tidak terjaga.


"Medan seperti kekurangan tempat umum yang bisa dinikmati masyarakat. Sebagai pengguna fasilitas WiFi saya kecewa, colokan listrik banyak rusak, jadi malas berlama-lama di sini," sebutnya


Sebelumnya Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Aceh melakukan survei terhadap Lapangan Merdeka, yang dipimpin langsung Kepala BPCB Aceh, Deni Sutrisna.


Deni menyebutkan lingkup kerja pihaknya tak hanya pendataan cagar budaya di Provinsi Aceh, melainkan turut melakukan pendataan ke berbagai cagar budaya Sumut.


"Namanya memang BPCB Aceh, tapi wilayah kerjanya dua provinsi, Aceh dan Sumut," kata Deni kepada Tribun di Lapangan Merdeka, Medan, beberapa waktu lalu.


Kehadiran pihaknya ke Lapangan Merdeka merupakan hasil dari Focus Group Discussion (FGD) bersama beberapa komunitas, di antaranya Badan Warisan Sumatra (BWS) dan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) pada 5 November 2016 lalu.


Deni menuturkan BPCB Aceh pernah mengunjungi Lapangan Merdeka pada 2011. Ia tak menyangka bahwa kondisi Lapangan Merdeka telah semakin parah.


"Lahan parkir, area bisnis, penataan lahan bermain anak tak efektif. Di sini juga banyak sampah dan kumuhnya kaki lima. Ayo para komunitas dan lembaga lainnya berbuat untuk melestarikan ini semua," tutur Deni.


Dihadapkan para tokoh masyarakat dan perwakilan BWS, Deni mengakui, bahwa Lapangan Merdeka semestinya sudah menjadi kawasan cagar budaya. Hal ini berdasarkan kriteria yang tertulis di UU Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.


"Ini adalah lokasi dibacanya naskah proklamasi, ini juga titik nol pembagunan Kota Medan. Layak menjadi cagar budaya. Kita akan melakukan pendataan untuk mewujudkan sebagai cagar budaya," ucapnya.


Sumber : Banyak Gelandangan Di Lapangan Merdeka , Ruang Terbuka Hijau Jadi Tak Nyaman
Banyak Gelandangan Di Lapangan Merdeka , Ruang Terbuka Hijau Jadi Tak Nyaman Banyak Gelandangan Di Lapangan Merdeka , Ruang Terbuka Hijau Jadi Tak Nyaman Reviewed by Info Medan Terlengkap on 12:35 AM Rating: 5
Powered by Blogger.