Makin Mahal. Harga Lapak di Pasar Induk Tembus Rp 40 Juta
Mafia lapak merebak dari Pasar Induk Tuntungan. Makin ramainya pedagang hasil relokasi dari beberapa pasar tradisional di Medan, memunculkan mafia lapak di lokasi tersebut.
Pedagang sayur berinisial NN, menjelaskan beberapa pedagang ada yang memiliki sampai 10 lapak.
"Ada duit bisa punya 10 lapak, kami yang enggak punya duit satu lapak. Harga awal Rp 7-9 juta, sekarang kalau pedagang mau masuk belinya Rp 40 juta, bahkan lebih. Ada mafia lapak di sini," kata NN , Kamis (27/4).
Sebelumnya Wali Kota Medan Dzulmi Eldin, melalui surat keterangan Perusahaan Daerah (PD) Pasar, menerangkan bahwa lapak dagangan harus dipergunakan sendiri, dan pantang diahlikan ke pihak lain.
Keberatan NN dilatarbelakangi adanya monopoli dari segelintir pedagang, yang membeli lapak saat harga murah dan menjualnya dengan harga yang tinggi. Saat ini, tercatat ada sekitar 3.164 pedagang berjualan di Pasar Induk. Kepala Pasar Induk Edi Suranta Sembiring, tak menampik adanya pedagang yang memiliki lebih dari satu lapak.
"Pembagian awal saya tak tahu, saya belum jadi kepala pasar. Tapi yang berkembang saat ini adalah jual beli antarpedagang. Harga sesuai kesepakatan mereka, saya tak bisa campuri," jelas Edi.
Munculnya jual beli lapak seiring makin ramainya pedagang dari beberapa pasar menuju ke sini. Padahal, awal mula dibangunnya Pasar Induk yang ditujukan sebagai lokasi relokasi pedagang Jalan Sutomo dan Jalan Bulan sepi pembeli.
Bahkan, sejumlah pedagang Pasar Induk sempat mengeluh dan melakukan aksi unjuk rasa di depan Balai Kota, menuntut pedagang Jalan Sutomo ditertibkan.
Namun, penertiban pedagang Jalan Sutomo disusul terbakarnya Pasar Aksara, membuat lokasi Pasar Induk semakin ramai. Apalagi, Pemko Medan tengah membangun jalan alternatif dari Pasar Induk ke Simpang Selayang.
Pelanggan dari Aceh hingga Nias
Farhan Sitepu, pedagang buah yang merupakan pindahan dari Pusat Pasar (kawasan Jalan Sutomo), mengaku puas berjualan di Pasar Induk Tuntungan. Tak tanggung, ditemani istri dan seorang karyawan ia mampu menjual belasan ton buah.
Buah paling banyak terjual yakni kuini, semangka, salak, dan sawo. Ia mengungkapkan pembeli yang datang tak hanya dari Medan, melainkan dari Kabupaten Asahan, Aceh, Sibolga, bahkan Nias.
"Hari Selasa malam Abang ke sini, banyak orang Nias belanja. Dulu memang Pasar Induk sepi, tapi sekarang berangsur ramai," ucap Farhan.
Ia juga tak merasa khawatir dengan persaingan usaha yang akan terjadi, pascapedagang Jalan Bulan dan Jalan Sutomo direlokasi ke Pasar Induk. Asalkan, pedagang relokasi ia sebut berada di dalam pasar dan bukan membludak di tepi jalan.
"Rugi kalau mereka enggak mau ke sini. Selamat datang untuk mereka, tapi mereka enggak mau datang," ucapnya sembari tertawa.
Sumber : Makin Mahal. Harga Lapak di Pasar Induk Tembus Rp 40 Juta