Simak Pengakuan Saksi Mata dari Insiden Penembakan Satu Keluarga di Mobil

Simak Pengakuan Saksi Mata dari Insiden Penembakan Satu Keluarga di Mobil

Insiden berdarah penembakan Honda City Hitam BG 1488 ON yang dilakukan oknum polisi terhadap satu keluarga di mobil tersebut di Jalan Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II, Kelurahan Tanah Periuk, Kecamatan Lubuklinggau Selatan II, Sumatera Selatan, masih jadi perbincangan publik.


Bahkan, bagi Sumarjo (72) yang tak menyangka akan mengalami kejadian menyedihkan, Selasa (18/4/2017). Ia menjadi saksi mata peristiwa mengerikan itu.


Kepada Linggau Pos (Jawa Pos Group), Sumarjo yang merupakan besan Surini (korban tewas) menuturkan dengan gamblang awal mula kejadian tersebut.


“Tadi itu (kemarin,red) kami dari Curup sejak pagi hendak kondangan ke Kecamatan Muara Beliti. Saya sebenarnya hanya mau ke Simpang Periuk, karena besan saya mau melewati arah yang sama maka saya ikut,” tutur Sumarjo.


Ia membeberkan, sebelum berangkat ke Muara Beliti, mobil Honda City Nopol BG 1488 ON yang dikemudikan Gatot Sugalih alias Diki menjemput Novianti di RT 09, Kelurahan Karya Bakti, Kecamatan Lubuklinggau Timur II.


Setelah menjemput Novi, lanjut Sumarjo, posisi duduk berpindah.


“Saya duduk di bagian depan. Galih (5) duduk di samping saya. Di belakang itu, ada Indra, Surini, Dewi, dan Novianti memangku Genta. Lalu kami langsung berangkat menuju Muara Beliti,” bebernya lagi.


Melintasi Jalan Fatmawati Soekarno. Sesampai di depan SMAN 5 ada razia cipta kondisi yang dilakukan oleh anggota Satlantas Polres Kota Lubuklinggau.


satu keluarga nyaris tewas


“Memang ada polisi yang mau menyetop mobil yang kami kendarai. Tapi si Diki ini tetap menerobos saja. Nyaris menabrak anggota. Baru sampai di depan RS Siti Aisyah kami baru sadar polisi masih membuntuti menggunakan mobil Mitsubishi Kuda, sejenis kendaraan Patroli Lantas. Maka kami minta sopir berhenti. Kami penumpang semuanya mengingatkan dia untuk berhenti. Tapi dia tetap diam langsung ngegas saja,” jelas Sumarjo.


Sampai di Kelurahan Marga Mulya, kata Sumarjo, penumpang Honda City mendengar ada tembakan yang dilepaskan polisi. Mobil oleng dan seluruh penumpang histeris dan menyebut ‘Ya Allah!’.


“Seketika mobil terhenti. Saya sudah gemetar dan ketakutan. Saya langsung keluar mobil dan tidak tahu lagi bagaimana kelanjutan kondisi teman-teman lain. Saya menuju kediaman adik saya yang sakit di Kelurahan Simpang Periuk,” kata Sumarjo.


Bahkan, ia merasa sangat sedih ketika mendengar besannya Surini jadi korban dalam insiden mengenaskan itu.


“Saya mau pulang ke Curup. Mau takziyah beliau. Tapi saya masih harus memberikan keterangan-keterangan ke kepolisian. Jadi belum bisa kembali ke Curup,” jelasnya.


Satu Keluarga Ditembak Polisi. Satu Orang Tewas di Tempat


Sumarjo juga mengatakan Honda City yang jadi saksi bisu insiden berdarah itu merupakan milik Diki. Setahun belakangan Diki merupakan pria rantauan dari Pulau Jawa.


“Dia sudah dianggap Surini seperti anak sendiri. Ya istilahnya anak angkatnya besan saya,” jelas Sumarjo lagi.


Kejadian ini juga sempat membuat saksi mata lainnya berhamburan di lokasi.


Sementara itu, Kapolda Sumsel, Irjen Pol Agung Budi Maryoto berjanji tidak akan melindungi Brigadir K, oknum polisi yang diduga menembaki mobil tersebut. Terungkap kalau kendaraan dengan sopir dan tujuh penumpang itu diberondong dengan senjata jenis SS1-V2.


Pria kelahiran Cilacap, Jawa Tengah, 19 Februari 1965 mengatakan, jika personel Satuan Shabara Polres Lubuklinggau tersebut terbukti bersalah, akan diprosesnya hingga ke hukuman pidana umum.


“Kalau sudah ada unsur untuk dilakukan PTDH (Pemberhentian Dengan Tidak Hormat, red), akan saya lakukan. Tapi, itu setelah hasil persidangan hakim. Jadi, tidak boleh mendahului sebelum ada putusan hakim,” kata Agung di Mapolda Sumsel, kemarin (19/4/207).


Mantan Kakorlantas Polri juga menyebut, ada 7 peluru yang dimuntahkan Brigadir K dari SS1-V2 miliknya. Saat ini, senjata dan 7 selongsong pelurunya sudah disita dan amankan di Mapolres Lubuklinggau.


Menurut Alumni Akademi Kepolisian (Akpol) 1987, tim penyidik yang merupakan gabungan Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) dan Bidang Profesi dan Pengamanan (Bid Propam) Polda Sumsel, masih melakukan pemeriksaan pada Brigadir K, para saksi, dan uji balistik.


“Tim juga sudah saya perintahkan untuk membawa Brigadir K ke Mapolda untuk ditahan. Saya tidak akan menutup-nutupi karena saya komitmen untuk membersihkan apa yang tidak benar,” lanjutnya.


Kata suami Winny Charita, ada 11 saksi yang sudah diperiksa. Selain Brigadir K, Kapolsek AKP Muhammad Ismail dan perwira pengendali Ipda Fransisko Yosef (Kanit Pam Obvit Sat Shabara Polres Lubuklinggau), yang memimpin razia tersebut juga telah diperiksa.


“Hasil penyidikan Tim Polda, razia sesuai SOP. Ada perwira dalam hal ini Kapolsek-nya. Dan Juga ada papan petunjuk razia,” ujarnya.


Penggunakan peluru tajam, juga diperbolehkan saat razia. Tergantung hakikat ancamannya.


“Kan tidak mungkin polisi pakai peluru karet ketika berhadapan dengan pelaku kejahatan 3 C,” lanjutnya.


Agung juga menjabarkan secara rinci kronologis kejadian tersebut. Menurutnya, sekitar pukul 11.30 WIB, ada mobil Honda City Hitam BG 1488 ON yang melintas di saat gelar razia Cipta Kondisi di jalan Fatmawati, Kecamatan Lubuklinggaui Timur 1, Selasa (18/4) siang.
Oleh personel yang melakukan razia, mobil tersebut disuruh berhenti untuk diperiksa.


“Tapi, tidak ada tanda-tanda dari mobil tersebut untuk mengurangi kecepatan dan hampir menabrak 3 personil polisi,” kata Agung.


Mobil tersebut, lanjutnya, terus melaju. Personil sempat mencatat nopol mobil tersebut. Setelah di kroscek Samsat, kata Agung, ternyata nopol mobil tersebut tidak terdaftar di Sumsel.


“Mobil itu seharusnya ber-plat B. Milik sebuah Yayasan di Jakarta,” katanya.


Karena mobil tersebut terus melaju, menerobos lampu merah, dan menyerempet salah satu mobil lainnya, menurut mantan kapolda Kalimantan Selatan, insting kepolisian dari personil bangkit. Para personil menduga mobil tersebut ada kaitannya dengan pelaku 3 C (Curat, Curas, dan Curanmor), sehingga dilakukan pengejaran


Kata Agung, ada 5 personil yang melakukan pengejaran. Tiga personil naik mobil Mitsubishi Kuda. Salah satunya Brigadir K. Mobil tersebut disopiri anggota Polantas. Dua lainnya naik sepeda motor. Namun, personil yang naik sepeda motor ini ketinggalan jauh.


Saat pengejaran, anggota sudah 10 kali memberikan tembakan peringatan. Namun, tidak digubris. Mobil sedan Honda City Hitam BG 1488 ON tersebut, kata Agung, baru bisa dihentikan di samping Bank Mandiri unit Simpang Priuk.


Namun, lanjutnya, setelah mobil sedan tersebut berhenti, para penumpang yang ada di dalam mobil pun tidak mau turun saat diperintahkan untuk turun. Akhirnya, terjadilah penembakan tersebut oleh Brigadir K. “Mungkin juga karena keadaan kaca yang gelap dan dinilai membahayakan. Jadi, anggota mengambil inisiatif untuk menembak,” terangnya.


Dari penembakan tersebut, ada 6 dari 8 penumpang yang menjadim korban. Masing-masing Dewi Erlina (40), warga Rejang Lebong, tertembak bahu kiri atas, Novianti (30), warga Lubuklinggau Timur I, tertembak pundak kanan. Genta (2), anak Novianti, tertembak kepala samping kiri.


Kemudian, Surini (54), warga Rejang Lebong (ibunda Dewi Erlina), meninggal dunia setelah mengalami tiga tembakan di dada. Lalu, Indrayani (33), warga Rejang Lebong, tertembak leher depan (kritis) dan dirujuk ke RSMH Palembang. Serta Diki (30), sopir, warga Rejang Lebong, tertembak di perut kiri. Sedangkan 2 penumpang lainnya, Sumarjono (S) dan Galih luput dari tembakan.


“Dari pemeriksaan terhadap 2 penumpang tersebut, saksi S mengatakan pada polisibahwa dirinya sempat menyuruh Diki (sopir, red), untuk berhenti dari saat razia. Tapi, sopirnya tidak mau dan terus melajukan mobilnya,” tukasnya.


Kata Agung, selaku pimpinan Polda Sumsel, dia tidak akan lepas tanggung jawab. Semua biaya pengobatan terhadap korban yang terluka, maupun yang meninggal dunia, menjadi tanggung jawab Polda Sumsel.


“Saya perintahkan Bid Dokkes Polda Sumsel untuk mengurusnya. Kapolres Lubuklinggau juga sudah saya perintahkan menemui keluarga korban meninggal dunia di Bengkulu. Kapolres sudah bertemu langsung dengan suami korban,” kata Agung.


Agung sendiri mengaku juga sudah menjenguk salah satu korban, Indrayani di RS Muhammad Hoesin Palembang.


“Kondisinya sudah sadar. Namun, sepertinya akan dioperasi dan dirawat intensif,” lanjutnya. “Selaku Kapolda, saya prihatin dan turun berduka atas kejadian ini. Terutama atas meninggalnya ibu Surini,” tegasnya.


Di tempat terpisah, Novianti (30) warga RT 09, Kelurahan Karya Bakti, Kecamatan Lubuklinggau Timur I tertembak di pundak kanan dan Dewi Erlina (40) warga Desa Blitar Curup, Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu akan dirujuk ke salah satu Rumah Sakit (RS) yang ada di Kota Palembang, menyusul Indra (33) yang tertembak leher bagian depan (kritis) yang sudah terlebih dulu dirujuk ke Kota Palembang.


Namun, untuk Diki (30) pengemudi sekaligus pemilik mobil Honda City Nopol BG 1488 ON, belum tahu akan ikut dirujuk atau tidak. Pasalnya, para keluarga korban merasa kesal dengan tindakan yang dilakukan Diki, yang menyebabkan terjadinya insiden ini.


“Untuk menghemat energi dan biaya, semua korban akan dirujuk ke Palembang, kecuali Diki,” kata Bejoriyadi saat di RSUD Dr Sobirin.


Sumber : Simak Pengakuan Saksi Mata dari Insiden Penembakan Satu Keluarga di Mobil
Simak Pengakuan Saksi Mata dari Insiden Penembakan Satu Keluarga di Mobil Simak Pengakuan Saksi Mata dari Insiden Penembakan Satu Keluarga di Mobil Reviewed by Info Medan Terlengkap on 7:04 PM Rating: 5
Powered by Blogger.